SISPALA BUTTERFLY

Siswa Pencinta Alam SMU Negeri 4 Bantimurung Maros

KUBAKTIKAN HIDUP, JIWA, DAN RAGAKU KEPADA ALAM DAN PENCIPTANYA

KOMPOR


Kompor... berbicara peralatan yang satu ini, pastinya inilah salah satu peralatan wajib yang harus dibawa karena tanpa kompor kita tidak perlu repot lagi mencari kayu untuk memasak apalagi di dalam hutan atau gunung kita dilarang membuat api unggun demi menghindari hal-hal yang kita tidak inginkan seperti kebakaran hutan. Apalagi mencari kayu kering pada saat musin hujan, sangatlah tidak memungkinkan.

Entah perjalanan kita itu cuma sehari maupun berhari-hari. Seperti fungsinya, tanpa kompor tak mungkin kita dapat menikmati kopi hangat sambil menikmati keindahan alam, memasak dan memanaskan masakan, karena di cuaca dingin sangat pas jika kita mengkonsumsi makanan atau minuman dalam keadaaan hangat.

Nah... dalam tulisan di bawah ini, kami membahas beberapa macam kompor yang dimana saat ini para pendaki memiliki macam kompor yang berbagai macam dan ragam, Intinya bisa memasak dan safety berhububung alat yang satu ini harus diperlakukan seteliti mungkin, jika terjadi kesalahan bisa fatal camp kita, kalau anda tidak bisa memasak jika kompor dalam masalah, bisa juga kompor membuat bencana jika kita lalai menggunakannya karena bahan kompor terdiri bahan yang mudah terbakar bahkan meledak.

1. Kompor Rakitan
Kompor rakitan atau kompor kaleng biasanya terbuat dari sisa minuman kaleng yang tidak terpakai, adapun berbagai model dan macamnya sangat beragam model dan desainnya sesuai kreatifitas para perakitnya. Sedangkan bahan bakarnya biasa orang memakai alkohol diatas 90% atau spirtus. Kompor ini biasa dibuat pada saat beberapa kumpulan pencinta alam membawakan materi cara membuat kompor dan memanfaatkan sampah kaleng. Namun jika kita betul melakukan pendakian sebaiknya memakai kompor yang berbahan bakar gas saja. Selain packingnya kecil, juga tahan lama dan kualitas apinya lebih keras hingga cepat membuat masakan matang dan air mendidih. Kekurangan dari kompor kaleng rakitan ini adalah selain apinya kurang keras, juga tidak memiliki setelan volume api kecil ke api besar begitupun sebaliknya.

2. Kompor Paraffin
Mengapa dikatakan kompor paraffin? sangat simpel, selain tidak mempunyai nama khusus... juga karena bahan bakarnya adalah paraffin yang berwarna putih padat. Paraffin sendiri cukup dipasangkan dengan penyangga khusus dan didalamnya ditaruh paraffin, tidak memiliki banyak embel-embel lainnya. Namun para pendaki era 90-an sangat akrab dengan bahan bakar satu ini sebelum kompor-kompor berbahan gas ada. Saat ini paraffin sudah kurang populer lagi digunakan sebagai alat masak atau kompor namun sangat membantu dalam membuat api unggun atau semacamnya.

3. Kompor Mini/Lipat
Untuk type kompor ini, saat ini umumnya pendaki memakai kompor berbahan gas ini. Selain bahan bakarnya mudah ditemukan di supermarket, bahan bakarnya juga sangat lama pemakaiannya. Kompor Mini/Lipat ini memiliki desain sangat kecil, yang lebih kecil adalah model lipat atau yang biasa dikatakan butterfly dan model ini memakai selang gas sedangkan kompor mini yang dimaksud adalah tetap memakai tabung minigas namun tabungnya langsung terpasang di samping kompor. Kelebihan dari kompor ini memiliki setelan volume api dan memiliki dorongan api sangat kuat dan keras. Namun dalam kompor jenis ini haruslah dipelihara dan dijaga keamanannya, berhubung bahan bakar gas mudah mengisap api dari luar jika terjadi kebocoran.

4. Kompor Gas Mini
Kompor gas mini atau kompor portable satu mata saat ini juga sangat populer digunakan para petualang saat ini karena bisa memakai bahan bakar gas, namun packingan kompor gas mini ini cukup mengambil banyak tempat di dalam carrier.

5. Kompor All in one atau Trangia
Maksud dari kompor all in one adalah paket satu set kompor ini terdiri dari kompor, winshield atau penahan angin, panci dan teko. Karena paketannya yang kecil juga komplit untuk saat ini kompor jenis trangia ini masih salah satu kompor termahal di jenis kompor outdoor. Untuk bahan bakar kompor ini, umum kita temukan berbahan bakar spirtus atau alkohol 90% keatas, namun untuk bahan bakar tersebut seperti biasanya tidak memiliki volume api. Namun ada juga kompor trangia memakai bahan gas yang memakai selang ke tabung mini gas.
Selengkapnya...
 

PENDAKIAN KE GUNUNG BAWAKARAENG


Malino - Gowa, Siapa yang tidak kenal dengan gunung yang satu ini, bukan yang tertinggi namun jadi favorit para petualang pencinta alam. Sampai saat ini gunung ini dinobatkan sebagai gunung yang paling teramai didaki di Indonesia. Tercatat kisaran 4.000 sampai 7.000 lebih pendaki yang menginjakkan kakinya di puncak ini jika ada moment atau perayaan tertentu seperti halnya upacara 17 Agustus, hari sumpah pemuda, dan beberapa peringatan hari lainya seperti hari bumi.

Sebelum kami menceritakan perjalanan kami disini, ada baiknya kami ceritakan sdikit tentang gunung legendaris ini.


Bawakaraeng..., gunung yang terletak di pulau Sulawesi Selatan ini mungkin sebagai gunung wajib yang didaki bagi semua pencinta alam di Sulawesi Selatan, selain mempunyai tantangan yang sangat lumayan keras, gunung ini juga memiliki panorama keindahan alam yang tidak ada duanya.

Nama gunung ini berasal dari bahasa Makassar yang terdiri dari kata Bawa yang berati Mulut, dan Karaeng yang berarti Raja. Bagi sebagian masyarakat setempat yang tinggal di kaki gunung ini termasuk tempat yang disakralkan karena dulu gunung ini tempat pertemuan para Wali dalam menyebarkan Agama Islam di Sulawesi Selatan. Gunung ini juga memiliki beberapa cerita mistis dan yang sangat terkenal adalah Hantu Noni (Wanita Belanda) yang ditemukan meninggal tergantung di Pos 3. Ada banyak pendapat sih, kalau tidak dibunuh yah bunuh diri.


Letak Gunung ini berada di Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan, Tinggi gunung ini diperkirakan dari 2.830 mdpl sampai 2.950 mdpl, banyak pendapat sih dikarenakan lain orang lain alat GPS Altimeternya, setidaknya ketinggiannya hampir 3.000 mdpl. Untuk ke lokasi kaki gunung, terhitung 2-4 jam berkendara dari Kota Makassar dan melewati tempat lokasi Wisata Malino. Gini dulu pengantar dari saya, sekarang kami akan menceritakan perjalanan ke Gunung Bawakaraeng.

PERSIAPAN

Seperti biasanya sebelum mendaki ke gunung ini dibutuhkan beberapa hari pemanasan olah raga kecil seperti berlari, jogging, push up, sepeda setiap pagi dan sore karena rencana perjalanan kita kali ini selama 3 hari perjalanan.

Sebelum mempersiapkan peralatan, sebaiknya kita tahu medan dan rintangan apa yang akan dihadapi. Antara lain sebagaimana kita tahun gunung ini adalah gunung terdingin di Sulawesi Selatan, jadi persiapan seperti jaket, sleeping bag, tenda double layer, flysheet, matras atau kasur angin dan peralatan yang mumbuat suhu badan kita menjadi hangat harus menjadi perhatian.


START

Kita mulai kumpul pada tanggal 25 September atau hari kamis pukul 15:30 setelah shalat Ashar, dan berkumpul di rumah Saudara Muh. Asdi Pakalu-Bantimurung dengan tepat waktu, perhitungan kami mengambil start mulai hari kamis adalah karena tiba di Lembanna (perkampungan kaki gunung bawakaraeng) tidak langsung naik ke Pos 1 tetapi harus memantapkan fisik dulu karena pasti akan lelah berkendara ke Lembanna dengan kata lain menginap dulu di rumah warga setempat. Rumah warga yang berada di Lembanna ini pada umumnya mempersiapkan ruangan tamunya untuk para pendaki yang akan mendaki ke puncak dan terkenal keramahannya.

Setelah tiba kami makan malam bersama dan langsung istirahat, dan tak lupa memeriksa berulang-ulang peralatan dan persiapan makanan nanti. Setelah tiba pukul 07:00 kami tidak langsung berangkat karena rencana pendakian dimuali setelah kami melakukan Shalat Jumat, dan kami pun menikmati pemandangan Lembanna yang dimana dikelilingi perkebunan warga yang tertata rapi.

Setelah shalat jumat usai (14:30), kamipun berangkat dan berhenti sejenak di kaki bukit untuk melakukan berdoa bersama. Bagi kami berdoa itu wajib untuk melakukan sebuah perjalanan, tidak memandang keras tidaknya yang akan dilewati tetapi tetap berharap memohon perlindungan dan kekuatan dari Allah SWT selalu. Doa pun dipimpin langsung oleh Kanda Winter yang sebagai Koordinator Perjalanan ini dan tak lupa juga memberi pengarahan dan peringatan sebelum melakukan pendakian menuju Pos 5


Perjalanan Pos 1
Melewati perkebunan sayur, hutan pinus dan sungai kecil sampai tiba di Pos 1, di Pos ini ada jalan bercabang antara lain kalau memilih jalur kiri bagi pendaki yang ingin menuju puncak bawakaraeng dan jalur kanan untuk jalur ke Lembah Ramma

Perjalanan Pos 2
Tak jauh beda dengan perjalanan Pos 1 tapi tanda kita berada di Pos 2 adalah bentangan sungai kecil

Perjalanan Pos 3
Perjalanannya tetap mendaki terus hingga ke Pos 3, seperti diketahui bahwa untuk penanda Pos 3 kali ini dipindah tempatkan tidak jauh dari lokasi sebelumnya berhubung banyak terjadi keanehan yang ditemukan pendaki pada saat mengambil gambar di Pos ini karena penanda sebelumnya pohon besar yang saat ini masih ada walaupun sudah tidak berdaun lagi dan ditempat itulah Hantu Noni tergantung.

Perjalanan Pos 4
Dikelilingi dengan pohon-pohon besar namun perjalanan menuju pos ini tetap terlihat jelas dan akar-akar pepohonan yang berada di tanah dan hutan yang sedikit lembab.

Perjalanan Pos 5
Tepat pukul 17:45 kamipun tiba di Pos ini, khusus di Pos inilah dimana semua para pendaki memasang tenda untuk camp pertama berhubung ditempat ini pemandangan sudah terlihat luas, ada mata air, dan beberapa tanah lapang untuk camp. Ditempat inilah sering terjadi kebakaran hutan, sehingga sewaktu kami memasang camp masih banyak terdapat asap dan bekas pohon yang terbakar.
Kamipun memasang tenda dipinggiran tanah lapang hingga makan malam pun tiba dan setelah itu menikmati kopi hangat sambil menikmati pemandangan malam dan melihat beberapa ratusan pendaki lain berdatangan silih berganti memasang tenda juga.


07:30 kami mempersiapkan segala makanan untuk dimakan ditengah perjalanan dan hanya menikmati segelas minuman hangat sambil menikmati udara yang sangat dingin di pagi hari.

Perjalanan Pos 6
Melewati keindahan hutan lumut dan tanjakan yang lumayan menguras tenaga

Perjalanan Pos 7
Pos ini boleh dikatakan puncak pertama menuju jalan ke puncak Bawakaraeng, posisi tanahnya berbentuk puncak dari Pos 6 dan perjalanan menurun menuju ke Pos 8. Di Pos 7 inilah kita melihat pemandangan yang terhampas luas dan melihat tragedi longsor yang menelan korban puluhan orang pada tanggal 26 Maret 2004.


Perjalanan Pos 8
Untuk perjalanan ini adalah salah satu perjalanan yang cukup jauh, lama dan membutuhkan kesabaran yang extra melewati lereng hutan sampai menemukan sungai dan tiba pada pukul 16:00.

Dan disinilah kami beristirahat sejenak, makan dan mengambil air untuk persiapan di puncak.


Perjalanan Pos 9
Medannya penuh tanjakan terus namun tidak terasa dengan suguhan pohon mungil nan unik yang tertata rapi dan dsini juga terdapat mata air meskipun kadang kekeringan.

Perjalanan Pos 10
Tanjakan yang agak curam namun hamparan awan yang indah menghilangkan rasa lelah hingga ke puncak. Di puncak inilah ribuan pendaki memasang tenda dan tiada hentinya kita melihat dari beberapa sudut pemandangan langit yang berwarna warni, awan berbagai bentuk, dan lain-lain yang tidak mampu kami tulis satu persatu apalagi waktu pendakian pada waktu kemarau.


Memang Pantas para pendaki mengatakan bahwa disini adalah surga para pendaki.


Hanya sedikit yang kami tulis pada blog ini, untuk lebih jelasnya anda dapat menyimak video kami di Youtube dan Dailymotion

Selamat Menikmati

Crew :
Winter - Koordinator
Sultan Edy Wijaya (Alumni Angk. II)
Muh. Yusuf (Alumni Angk. IV)
Muh. Asdi, Syamsir YL. (Alumni Angk. VI)
Haeril, Ponco, Edha (Alumni Angk. VII)
Fandy, Anti, Murni (Alumni Angk. VIII)
Fitri, Lia (Angkatan X)
Andriadi, Uyha, Anroz (sympathizers)
Selengkapnya...
 

INI ALASAN KENAPA PENDAKI GUNUNG ADALAH PACAR IDAMAN


Mereka yang gemar melangkahkan kaki untuk menggapai puncak-puncak tertinggi, mereka yang tidak keberatan membawa carier berisi bahan makanan dan peralatan berkemah, mereka yang rela menghabiskan waktu berhari-hari di dalam hutan demi bisa mengalahkan diri sendiri. Penasaran kan kenapa kamu harus mempertimbangkan dia yang gemar mendaki gunung untuk menjadi calon pasangan?

1. Dia Terbiasa Menetapkan Target
Orang yang sukses adalah mereka yang berani menetapkan target dan mematuhinya. Ya iya juga sih, apa gunanya target tinggi tapi gak ada usaha untuk menjangkaunya? Pendaki gunung sudah akrab dengan kebiasaan yang satu ini. Mereka terbiasa menetapkan tujuan akhir yang harus dicapai dalam setiap pendakian.

Sebelum pendakian dimulai, dia akan memperhitungkan waktu dan tenaga yang dimiliki kemudian menyesuaikannya dengan rute yang akan dihadapi. Dia bisa dengan tepat menetapkan target sesuai sumber daya. Kemampuan ini oke banget jika diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Kamu gak perlu khawatir punya pacar selo yang gak punya target dalam hidup kalau pacaran sama pendaki gunung.

2. Punya Semangat Untuk Mengalahkan Diri Sendiri
Musuh terbesar seseorang sebenarnya bukan orang lain atau lingkungan di sekitarnya, melainkan dirinya sendiri. Inilah filosofi yang dipegang oleh kebanyakan pendaki gunung. Kegiatan mendaki dipahami sebagai proses mengalahkan batas diri sendiri. Menantang diri untuk mengalahkan rasa letih demi menjejakkan kaki di puncak.

Pasanganmu yang gemar mendaki gunung tahu bahwa tujuan akhirnya gak akan bisa dicapai jika dia tidak keras pada dirinya sendiri. Dalam kepalanya akan bergaung suara, “Ayo jalan 5 langkah lagi!” setiap kakinya hendak mogok minta berhenti. Dia gak mau dikalahkan oleh rasa capek, malas, lapar ataupun dingin. Dia bisa mengontrol dirinya untuk terus berjuang mengalahkan semua keengganan yang muncul dari beratnya proses pendakian.

3. Dia Pasti Rendah Hati
Pendaki yang baik tidak pernah merasa dirinya lebih hebat dari orang lain. Walaupun dia sudah pernah menjejakkan kaki di berbagai tanah tertinggi, dia gak akan merasa lebih baik dari mereka yang belum. Pendakian justru menyadarkan bahwa di tengah ganasnya alam, manusia itu nggak ada apa-apanya.

Jika kamu memutuskan untuk menjalin hubungan cinta dengan seorang pendaki gunung, jangan kaget bila dia sering mengingatkanmu agar jangan merasa punya kemampuan diatas orang lain. Nggak heran sih, kebijaksanaan ini memang dia dapatkan dari semua pendakian yang pernah dilalui.

Dia sudah pernah menemui pendaki berusia lanjut yang segar bugar, dia pernah merasakan hampir mati karena hipotermia, dia juga pernah tersesat dan hanya mengandalkan insting untuk menemukan jalur yang benar. Di depan alam ciptaan Tuhan, dia sadar bahwa dirinya bukanlah siapa-siapa.

4. Jiwa Berjuangnya Nggak Diragukan Lagi
Apakah kamu cewek yang mengharapkan calon pasangan yang super tangguh? Atau kamu cowok yang paling males kalau dapat cewek manja? Jika memang semangat juang adalah hal yang wajib ada dalam diri calon pasanganmu, maka mengencani pendaki gunung adalah pilihan yang tepat.

Dia adalah orang yang bisa bertahan dalam situasi sulit. Rasa ingin berjuang dalam dirinya sudah tidak diragukan lagi. Pasanganmu sudah pernah merasakan telapak kakinya lecet dan sakit untuk berjalan karena rute turun yang terlalu curam. Tapi dia memaksa dirinya untuk terus berjalan. Dia sadar bahwa pilihannya hanya terus berjuang atau menunggu diselamatkan tim SAR.

5. Dia Mudah Bergaul Dengan Siapapun
Pendaki gunung biasanya punya teman yang datang dari berbagai latar belakang. Selain solidaritas antar pendaki memang kuat, siapapun yang ditemui selama pendakian adalah kawan seperjuangan di alam raya. Gak jarang hubungan ini akan terus berlanjut sampai ke kehidupan normal pasca pendakian.

Kalau dia bisa langsung nyambung dengan orang yang baru ditemuinya dalam Jeep carteran menuju Ranu Pane, tentu dia gak akan kesulitan saat harus membuka percakapan dengan teman dan keluargamu. Sering mengakrabi alam membuat dia mudah bergaul dan terbuka terhadap setiap peluang untuk menjalin hubungan dengan orang baru.

6. Bisa Diandalkan
Pasangan yang bisa diandalkan adalah dia yang sudah selesai dengan dirinya sendiri. Dia udah gak lagi galau hidupnya mau dibawa kemana, dia sudah tahu apa yang benar-benar ingin dia lakukan dalam hidupnya. Proses mendaki gunung memberikan seseorang kesempatan untuk berdialog dengan dirinya sendiri dan menyelesaikan ganjalan dalam hati.

Ditengah beringasnya 7 Bukit Penyesalan Gunung Rinjani, dia akan mengalami monolog dengan sisi paling jujur dalam dirinya. Sambil menahan lelah dan teriknya sengatan matahari, dia akan paham bahwa  hidup harus benar-benar diperjuangkan sesuai impian. Gak ada hidup yang pantas dijalani dengan kepuasan setengah hati.

Kamu gak perlu lagi takut kehilangan dia ditengah perjalanan, atau tiba-tiba harus banting setir 180 derajat. Dia sudah menetapkan rute yang ingin ditempuh. Bahkan jauh sebelum bertemu kamu.

7. Punya Idealisme Yang Kuat
Idealisme, adalah kemewahan yang kerap diagungkan oleh para pendaki gunung. Hidup susah nggak masalah, asal bisa hidup dengan kepala tegak. Biasa mengakrabi ganasnya alam membuat mereka ingin menjadi sebaik-baik manusia. Mereka akan ogah ikut dalam aksi kotor demi keuntungan pribadi. Pendakian mengajarkan bahwa hidup dan mati itu jaraknya setipis seutas tali.

Memiliki pasangan seorang pendaki akan memberikanmu hidup yang sederhana, tapi penuh arti. Mereka yang belajar di alam akan menyadari bahwa jadi manusia berguna itu lebih penting daripada menumpuk harta bagi diri sendiri. Karena pada akhirnya, kamu cuma punya integritas yang bisa dibawa sampai mati.

8. Kemampuan Kalkulasinya Pasti Oke
Suka sebel sama pasangan yang gak bisa mengatur jadwalnya sendiri? Atau kamu paling anti sama orang yang gak bisa mengatur pengeluarannya? Sama pendaki gunung, hal-hal menyebalkan yang berkaitan dengan masalah kalkulasi akan jarang kamu temui. Kegemarannya mendaki membuat dia ahli dalam membuat estimasi.

Dalam sebuah pendakian – terutama pendakian dalam tim, dia akan berhitung dengan cermat soal waktu untuk menyelesaikan tiap etape. Juga soal besarnya biaya yang harus dibayar tiap anggota tim untuk belanja logistik. Selain punya semangat juang yang tinggi, dia juga ahli dalam merencanakan sesuatu. Kualitas persiapan dan aksinya seimbang. nah loh, kurang apa lagi?

9. Luwes Tapi Efektif
Pendaki gunung adalah orang yang terbiasa dengan perubahan. Dia bisa dengan cepat menyesuaikan diri saat ada perubahan cuaca yang membuat perjalanan terhenti. Walau mengeluarkan kerangka tenda dan mendirikan tenda itu ribet, tapi dia gak akan mengeluh saat terpaksa harus nge-camp karena cuaca buruk.

Dia adalah pribadi yang fleksibel namun di lain sisi juga sangat efektif dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Walau harus mengubah ritme perjalanan, bukan berarti waktu pendakian molor. Dia harus tetap memperhitungkan kondisi logistik yang kian menipis. Kualitas macam ini nggak dimiliki oleh semua orang. Dan biasanya, mereka yang bisa dengan luwes membawa diri namun tetap efektif bekerja adalah mereka yang bisa sukses.

10. Tidak Mudah Terjebak Kenyamanan
Ketika sudah mendapat posisi yang mapan, apa yang biasa dilakukan oleh orang kebanyakan? Menikmati dan berleha-leha, bukan? Masuk kerja- pulang sore – menunggu macet di mall - membelanjakan uang di cafe yang chic - berharap akhir pekan datang – kembali menyambangi mall di akhir pekan. Apa iya kamu mau hidupmu berakhir seperti itu?

Menjalani hubungan cinta dengan pendaki gunung akan membuatmu belajar untuk terus memperluas batas kenyamanan. Pendakian mengajarkan mereka bahwa pelajaran selalu didapat justru dari usaha mengalahkan kesulitan. Mereka akan menantangmu untuk mengalahkan batas kemampuanmu sendiri. Tanpa kamu sadari, perlahan kamu juga akan belajar bahwa kenyamanan adalah jebakan yang harus dikalahkan kalau tidak mau jadi pribadi yang tertinggal.

11. Bisa Menerimamu Apa Adanya
Mendaki mempertemukan dia dengan banyak tipe orang dari berbagai latar belakang. Mulai dari yang kepribadiannya hangat dan oke banget, sampai yang punya kelakuan unik dan butuh perlakuan khusus. Apalagi diatas gunung konon seseorang akan benar-benar terlihat kepribadian aslinya. Demi lancarnya perjalanan, dia akan berusaha menyesuaikan diri dengan karakter orang-orang tersebut.

Sebenarnya pacaran itu gak ubahnya sebuah pendakian. Demi bisa sukses, kamu harus pintar-pintar mengatur langkah agar sesuai dengan ritme teman seperjalanan. Bersama pasangan yang kerap mendaki gunung, kamu gak perlu khawatir dia ilfeel karena kelakuan anehmu. Kamu bisa dengan bebas menunjukkan dirimu yang sesungguhnya. Dia bisa memahami bahwa semua orang lahir dengan kekurangan dan kelebihan masing-masing.

12. Biasanya, Mereka Romantis
Walau tampangnya gahar (padahal gak semua lho), kulitnya hitam karena keseringan terpapar matahari — tapi hati anak gunung itu lembut dan hangat. Kalau orang lain menghadiahimu dengan cokelat dan bunga atau boneka lucu, dia akan menghadiahimu foto matahari terbit di Ranu Kumbolo atau malah menuliskan namamu di puncak tertinggi. Romantis kan?

13. Dia Paham Makna “Rumah” Dan “Pulang”
Seorang pendaki gunung tahu benar arti hangatnya sebuah rumah. Pada pendakian-pendakian panjangnya dia sering duduk, memandang bintang dari dataran setinggi 3000 meter diatas permukaan laut, membayangkan hangatnya rumah yang ditinggalkan. Tidak jarang rasa rindu ingin pulang jadi kekuatan saat langkahnya sudah sempoyongan dihadang trek pasir.

Dia akan menghargai makna “pulang”, “rumah” dan orang-orang yang berada di dalamnya. Beruntunglah kamu jika pada pelukmu lah dia selalu menemukan hangatnya rumah yang jadi sumber semangatnya menuntaskan pendakian.

Setelah membaca alasan diatas, masih ragu untuk menjadikan pendaki gunung sebagai pasangan yang layak mendampingimu?

Source : http://bafindonesia.blogspot.com/
Selengkapnya...
 

6 KEBODOHAN YANG BIKIN PENDAKI MATI DI GUNUNG


1. Sok Jagoan
Merdeka.com - Sikap sok jagoan ini nyaris selalu menjadi penyebab utama musibah pada pendaki pemula. Dengan alasan mencari tantangan, para pendaki pemula ini mencari jalur di luar jalur resmi.

Parahnya, seringkali mereka melakukannya tanpa kemampuan navigasi yang baik. Jangankan GPS dan peta topografi, sekadar kompas pun tak bawa. Lalu apa yang diandalkan?

Maka petualangan mereka pun biasanya berakhir di dasar jurang, mati kedinginan di lembah atau ditandu Tim SAR ke rumah sakit.

Membuka jalur baru juga berarti merusak konservasi. Mengganggu hidupan liar dan ekosistem. Para pendaki berpengalaman tak akan melakukannya selain untuk kepentingan penelitian dan ilmu pengetahuan.

2. Buruknya Manajemen Logistik
Merdeka.com - Salah satu masalah pendaki pemula adalah buruknya manajemen logistik. Dalam pikiran mereka, mendaki gunung identik dengan mie instan.

Hal ini salah besar. Mendaki gunung adalah kegiatan berat. Butuh kalori hingga 4.000 kkal per hari. Bayangkan dengan aktivitas sehari-hari yang rata-rata hanya membutuhkan 2.000 kkal per hari.

Kebutuhan kalori yang besar ini didapat dari daging-dagingan berlemak, coklat dan karbohidrat. Tentu bukan mie instan yang sulit dicerna tubuh dan menyerap air dalam tubuh.

Seringkali para pemula mendapati nasi yang ditanak tak matang sempurna. Maka kombinasi makanan mereka jadi nasi keras, mie instan dan ikan asin. Karena tak nikmat, napsu makan pun berkurang. Padahal tubuh butuh banyak masukan untuk tenaga dan menjaga suhu agar tetap hangat.

Dalam kondisi lemas dan lapar inilah sering terjadi kecelakaan. Kurangnya konsentrasi, pingsan hingga kematian.

3. Buruknya Pengepakan Barang
Merdeka.com - Packing atau mengepak barang dalam ransel adalah seni yang harus dikuasai pendaki gunung. Seluruh barang bawaan harus masuk ke dalam ransel. Karena medan sulit, tak boleh ada yang tergantung di luar ransel selain botol air minum. Tangan harus bebas karena memegang walking stick atau berpegangan meniti akar-akar pohon jika dibutuhkan.

Maka lihatlah para pendaki pemula. Dengan panci digantung ke ransel. Tangan menenteng sleeping bag atau jaket.

Ransel mereka tak dilapisi lagi dengan cover bag. Pakaian di dalam ransel tak dilapis plastik.

Jika hujan, semua pakaian, jaket dan sleeping basah. Padahal sangat penting menjaga pakaian ganti tetap kering. Tidur dengan keadaan basah bisa mengakibatkan hipotermia. Inilah penyebab utama kematian seorang pendaki gunung. Suhu tubuh turun karena kedinginan.

Jangan pernah anggap enteng mengepak barang. Ini yang sering dimasabodohkan pendaki pemula.

4. Pergi dalam Rombongan Besar
Merdeka.com - Shizuko Rizmadhani berangkat bersama rekan-rekan pencinta alam di sekolahnya. Jumlahnya 27 orang. Jumlah yang sangat besar untuk pendakian gunung.

Kemungkinan orang tua mudah memberikan izin jika pergi dalam rombongan besar. Orang tua merasa anaknya lebih aman karena banyak yang menjaga.

Padahal salah besar. Rombongan besar justru merepotkan. Makin sulit membagi logistik dan mengatur manajemen perjalanan.

Bayangkan butuh berapa kompor lapangan untuk memberi makan 27 orang itu? Lalu perlengkapan P3K? Siapa ketuanya? Apakah dia benar-benar berwibawa untuk mengatur 27 orang itu?

Masalah yang sering muncul adalah banyaknya konflik. Keinginan anggota yang beraneka ragam dan sikap intoleransi. Lihatlah kasus Shizuko, kemana saja teman-temannya yang banyak itu?

Pendakian ideal, beranggotakan 4 sampai 6 orang pendaki. Pilihlah satu orang untuk memimpin pendakian. Bukan karena dia ketua, tapi memang memiliki watak bisa diandalkan dan leadership.

5. Hipotermia Disangka Kesurupan
Merdeka.com - Pendaki pemula mendaki tanpa ilmu. Berbekal semangat dan tanpa perlengkapan memadai mereka nekat mendaki gunung.

Karena tidak tahu ilmu P3K, maka sering terjadi salah kaprah. Pada penderita hipotermia, korban akan menggigil dan kehilangan kesadaran. Lalu mulai bicara melantur.

Karena nyerocos tak karuan dan sukar diajak komunikasi, teman-temannya menyangka si korban kesurupan. Mereka malah membacakan doa untuk mengusir setan. Inilah yang mungkin terjadi pada Shizuko.

Seharusnya, segera lakukan pertolongan. Ganti pakaiannya dengan pakaian kering. Masukkan dalam sleeping bag yang sudah dihangatkan. Taruh juga beberapa botol air panas di dalam sleeping bag itu. Jaga kondisi lingkungan tetap hangat.

Jika sudah membaik beri makanan hangat sedikit demi sedikit. Hindari memberi kopi atau minuman keras.

6. Aku Si Cepat
Merdeka.com - Ciri khas pendaki pemula, apalagi yang masih berusia muda adalah selalu bergerak dengan cepat. Mereka selalu tergesa-gesa, menjadikan naik gunung seolah lomba lari ke puncak. Malu menjadi yang paling belakang, karena sering dianggap sebagai yang terlemah.

Karena itu biasanya waktu tempuh ke puncak lebih singkat. Baru setelah perjalanan turun, aneka masalah datang. Kehabisan tenaga, cidera otot hingga kecelakaan dan kehilangan arah menjadi ancaman.

Idealnya, ada seorang sweeper yang berjalan paling belakang. Biasanya orang ini yang paling kuat dan bisa diandalkan. Tugasnya menyapu seluruh anggota tim. Memastikan tak ada yang keteteran atau tertinggal di belakang.

Namun dalam rombongan pendaki pemula, tak ada yang mau menerima tugas ini. Jadi sweeper dianggap hina. Menjadi paling pertama sampai puncak dan pertama turun ke kaki gunung jadi tujuan utama.

"Aku si cepat. Tanpa sadar kutinggalkan sahabatku yang kelelahan mati di gunung."
Selengkapnya...
 

FREECAMP ANGKATAN XI


Simbang - Maros, Setelah perkenalan anggota dan pembahasan materi cinta alam telah dilaksanakan disekolah. Kali ini panitia pelaksana melaksanakan camping bersama atau yang lebih dikenal freecamp kepada calon anggota baru Sispala Butterfly Angkatan XII yang berlokasi di Desa Samanggi Kecamatan Simbang Kabupaten Maros. Salah satu maksud dari kegiatan ini adalah membuat para calon anggota mengenal hidup di alam bebas namun lokasi kegiatan ini bukan dilaksanakan gunung tapi hanya dalam hutan yang tak jauh dari keramaian sebagai awal pembelajaran.


Sedangkan khusus bagi para pengurus, panitia pelaksana melakukan pembahasan program kerja Sispala Angkatan XII di tempat ini. Adapun salah sau program kerja unggulan yang dimasukkan antara lain pendakian bersama Anggota di Gunung Bawakaraeng dan Gunung Semeru bagi para alumni yang sangat diupayakan terlaksana dalam kepengurusannya.
Selengkapnya...
 

BUKA PUASA ANGKATAN XI


Simbang - Maros, Bulan Ramadhan tiba, untuk kali ini divisi sosial Sispala Butterfly mengadakan kegiatan Buka Puasa Bersama Sispala Butterfly di Batu Bassi Kecamatan Simbang (23/07/2014).


Kegiatan tahunan ini dilaksanakan secara meriah berhubung Panitia Pelaksana mengundang semua alumni dan siap menghadiri kegiatan ini di kediaman Saudari Isnaniah Syam (calon pengurus Sispala Butterfly). Dalam kegiatan ini baik dari anggota maupun alumni berantusias mengumpulkan dana untuk suksesnya kegiatan tersebut untuk pembelian konsumsi Buka dan Sahur Bersama.


Setelah shalat tarwih pun telah dilaksanakan, kali ini Instruktur Sispala Butterfly melakukan kegiatan pelatihan keorgansiasian terkhusus teknis cara membuat proposal dan pertanggung jawabannya.


Hingga waktu sahurpun telah tiba, semua panitia melakukan kesibukan masing-masing untuk mempersiapkan menu sahurnya.


Selengkapnya...