Malino - Gowa, Siapa yang tidak kenal dengan gunung yang satu ini, bukan yang tertinggi namun jadi favorit para petualang pencinta alam. Sampai saat ini gunung ini dinobatkan sebagai gunung yang paling teramai didaki di Indonesia. Tercatat kisaran 4.000 sampai 7.000 lebih pendaki yang menginjakkan kakinya di puncak ini jika ada moment atau perayaan tertentu seperti halnya upacara 17 Agustus, hari sumpah pemuda, dan beberapa peringatan hari lainya seperti hari bumi.
Sebelum kami menceritakan perjalanan kami disini, ada baiknya kami ceritakan sdikit tentang gunung legendaris ini.
Bawakaraeng..., gunung yang terletak di pulau Sulawesi Selatan ini mungkin sebagai gunung wajib yang didaki bagi semua pencinta alam di Sulawesi Selatan, selain mempunyai tantangan yang sangat lumayan keras, gunung ini juga memiliki panorama keindahan alam yang tidak ada duanya.
Nama gunung ini berasal dari bahasa Makassar yang terdiri dari kata Bawa yang berati Mulut, dan Karaeng yang berarti Raja. Bagi sebagian masyarakat setempat yang tinggal di kaki gunung ini termasuk tempat yang disakralkan karena dulu gunung ini tempat pertemuan para Wali dalam menyebarkan Agama Islam di Sulawesi Selatan. Gunung ini juga memiliki beberapa cerita mistis dan yang sangat terkenal adalah Hantu Noni (Wanita Belanda) yang ditemukan meninggal tergantung di Pos 3. Ada banyak pendapat sih, kalau tidak dibunuh yah bunuh diri.
Letak Gunung ini berada di Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan, Tinggi gunung ini diperkirakan dari 2.830 mdpl sampai 2.950 mdpl, banyak pendapat sih dikarenakan lain orang lain alat GPS Altimeternya, setidaknya ketinggiannya hampir 3.000 mdpl. Untuk ke lokasi kaki gunung, terhitung 2-4 jam berkendara dari Kota Makassar dan melewati tempat lokasi Wisata Malino. Gini dulu pengantar dari saya, sekarang kami akan menceritakan perjalanan ke Gunung Bawakaraeng.
PERSIAPAN
Seperti biasanya sebelum mendaki ke gunung ini dibutuhkan beberapa hari pemanasan olah raga kecil seperti berlari, jogging, push up, sepeda setiap pagi dan sore karena rencana perjalanan kita kali ini selama 3 hari perjalanan.
Sebelum mempersiapkan peralatan, sebaiknya kita tahu medan dan rintangan apa yang akan dihadapi. Antara lain sebagaimana kita tahun gunung ini adalah gunung terdingin di Sulawesi Selatan, jadi persiapan seperti jaket, sleeping bag, tenda double layer, flysheet, matras atau kasur angin dan peralatan yang mumbuat suhu badan kita menjadi hangat harus menjadi perhatian.
START
Kita mulai kumpul pada tanggal 25 September atau hari kamis pukul 15:30 setelah shalat Ashar, dan berkumpul di rumah Saudara Muh. Asdi Pakalu-Bantimurung dengan tepat waktu, perhitungan kami mengambil start mulai hari kamis adalah karena tiba di Lembanna (perkampungan kaki gunung bawakaraeng) tidak langsung naik ke Pos 1 tetapi harus memantapkan fisik dulu karena pasti akan lelah berkendara ke Lembanna dengan kata lain menginap dulu di rumah warga setempat. Rumah warga yang berada di Lembanna ini pada umumnya mempersiapkan ruangan tamunya untuk para pendaki yang akan mendaki ke puncak dan terkenal keramahannya.
Setelah tiba kami makan malam bersama dan langsung istirahat, dan tak lupa memeriksa berulang-ulang peralatan dan persiapan makanan nanti. Setelah tiba pukul 07:00 kami tidak langsung berangkat karena rencana pendakian dimuali setelah kami melakukan Shalat Jumat, dan kami pun menikmati pemandangan Lembanna yang dimana dikelilingi perkebunan warga yang tertata rapi.
Setelah shalat jumat usai (14:30), kamipun berangkat dan berhenti sejenak di kaki bukit untuk melakukan berdoa bersama. Bagi kami berdoa itu wajib untuk melakukan sebuah perjalanan, tidak memandang keras tidaknya yang akan dilewati tetapi tetap berharap memohon perlindungan dan kekuatan dari Allah SWT selalu. Doa pun dipimpin langsung oleh Kanda Winter yang sebagai Koordinator Perjalanan ini dan tak lupa juga memberi pengarahan dan peringatan sebelum melakukan pendakian menuju Pos 5
Perjalanan Pos 1
Melewati perkebunan sayur, hutan pinus dan sungai kecil sampai tiba di Pos 1, di Pos ini ada jalan bercabang antara lain kalau memilih jalur kiri bagi pendaki yang ingin menuju puncak bawakaraeng dan jalur kanan untuk jalur ke Lembah Ramma
Perjalanan Pos 2
Tak jauh beda dengan perjalanan Pos 1 tapi tanda kita berada di Pos 2 adalah bentangan sungai kecil
Perjalanan Pos 3
Perjalanannya tetap mendaki terus hingga ke Pos 3, seperti diketahui bahwa untuk penanda Pos 3 kali ini dipindah tempatkan tidak jauh dari lokasi sebelumnya berhubung banyak terjadi keanehan yang ditemukan pendaki pada saat mengambil gambar di Pos ini karena penanda sebelumnya pohon besar yang saat ini masih ada walaupun sudah tidak berdaun lagi dan ditempat itulah Hantu Noni tergantung.
Perjalanan Pos 4
Dikelilingi dengan pohon-pohon besar namun perjalanan menuju pos ini tetap terlihat jelas dan akar-akar pepohonan yang berada di tanah dan hutan yang sedikit lembab.
Perjalanan Pos 5
Tepat pukul 17:45 kamipun tiba di Pos ini, khusus di Pos inilah dimana semua para pendaki memasang tenda untuk camp pertama berhubung ditempat ini pemandangan sudah terlihat luas, ada mata air, dan beberapa tanah lapang untuk camp. Ditempat inilah sering terjadi kebakaran hutan, sehingga sewaktu kami memasang camp masih banyak terdapat asap dan bekas pohon yang terbakar.
Kamipun memasang tenda dipinggiran tanah lapang hingga makan malam pun tiba dan setelah itu menikmati kopi hangat sambil menikmati pemandangan malam dan melihat beberapa ratusan pendaki lain berdatangan silih berganti memasang tenda juga.
07:30 kami mempersiapkan segala makanan untuk dimakan ditengah perjalanan dan hanya menikmati segelas minuman hangat sambil menikmati udara yang sangat dingin di pagi hari.
Perjalanan Pos 6
Melewati keindahan hutan lumut dan tanjakan yang lumayan menguras tenaga
Perjalanan Pos 7
Pos ini boleh dikatakan puncak pertama menuju jalan ke puncak Bawakaraeng, posisi tanahnya berbentuk puncak dari Pos 6 dan perjalanan menurun menuju ke Pos 8. Di Pos 7 inilah kita melihat pemandangan yang terhampas luas dan melihat tragedi longsor yang menelan korban puluhan orang pada tanggal 26 Maret 2004.
Perjalanan Pos 8
Untuk perjalanan ini adalah salah satu perjalanan yang cukup jauh, lama dan membutuhkan kesabaran yang extra melewati lereng hutan sampai menemukan sungai dan tiba pada pukul 16:00.
Dan disinilah kami beristirahat sejenak, makan dan mengambil air untuk persiapan di puncak.
Perjalanan Pos 9
Medannya penuh tanjakan terus namun tidak terasa dengan suguhan pohon mungil nan unik yang tertata rapi dan dsini juga terdapat mata air meskipun kadang kekeringan.
Perjalanan Pos 10
Tanjakan yang agak curam namun hamparan awan yang indah menghilangkan rasa lelah hingga ke puncak. Di puncak inilah ribuan pendaki memasang tenda dan tiada hentinya kita melihat dari beberapa sudut pemandangan langit yang berwarna warni, awan berbagai bentuk, dan lain-lain yang tidak mampu kami tulis satu persatu apalagi waktu pendakian pada waktu kemarau.
Memang Pantas para pendaki mengatakan bahwa disini adalah surga para pendaki.
Hanya sedikit yang kami tulis pada blog ini, untuk lebih jelasnya anda dapat menyimak video kami di Youtube dan Dailymotion
Selamat Menikmati
Crew :
Winter - Koordinator
Sultan Edy Wijaya (Alumni Angk. II)
Muh. Yusuf (Alumni Angk. IV)
Muh. Asdi, Syamsir YL. (Alumni Angk. VI)
Haeril, Ponco, Edha (Alumni Angk. VII)
Fandy, Anti, Murni (Alumni Angk. VIII)
Fitri, Lia (Angkatan X)
Andriadi, Uyha, Anroz (sympathizers)
0 comments:
Post a Comment